Perbandingan PP Nomor 23 Tahun 208 VS PP Nomor 46 Tahun 2013

Perbandingan PP Nomor 23 Tahun 208 VS PP Nomor 46 Tahun 2013

Pasal Deskripsi PP 23 TAHUN 2018 PP NOMOR 23 TAHUN 2018 PP NOMOR 46 TAHUN 2013 Deskripsi PP 46 TAHUN 2013  
           
    (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun    
    1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir    
    dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas    
    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.    
           
Pasal 1 Definisi (2) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib (2) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Definisi  
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
       
           
    (3) Pemotong atau Pemungut Pajak adalah Wajib Pajak yang dikenai    
    kewajiban untuk melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak sesuai      
    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak      
    Penghasilan.      
           
    (1) Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam (1) Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang    
  Jangka Waktu Pengenaan negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final    
    bersifat final dalam jangka waktu tertentu      
           
    (2) Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud    
    sebesar 0,5% (nol koma lima persen) pada ayat (1) adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:    
        Subjek  
      a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha
         
  Tarif   tetap;dan    
           
      b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa    
      sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi    
      Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun    
      Pajak.    
    (3) Tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang (3) Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)    
    bersifat final sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan    
      dan/atau jasa yang dalam usahanya:    
           
    a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari a. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang    
    jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas; menetap maupun tidak menetap; dan Dikecualikan Dari Subjek Pajak Orang  
    b. penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya b. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang
    Pribadi  
    terutang atau telah dibayar di luar negeri; tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
       
           
Pasal 2   c. penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final    
  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri;      
         
    dan      
    d. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.    
           
    (4) Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) (4) Tidak termasuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)adalah:    
    huruf a meliputi:      
  Dikecualikan Dari        
  a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, a. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau    
  Subjek Pajak    
  akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, PPAT, penilai, dan aktuaris;      
         
           
    b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang b. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi    
    sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00    
    pemain drama, dan penari; (empat miliar delapan ratus juta rupiah).    
           
    c. olahragawan;   Dikecualikan Dari Subjek Pajak Badan  
    d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;  
         
    e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;      
    f. agen iklan;      
    g. pengawas atau pengelola proyek;      
    h. perantara;      
    i. petugas penjaja barang dagangan;      
    j. agen asuransi;      
    k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan langsung dan      
    kegiatan sejenis lainnya      
           
    (1) Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai Pajak (1) Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud    
    Penghasilan final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan: dalam Pasal 2 adalah 1% (satu persen)    
    a. Wajib Pajak orang pribadi; dan      
  Subjek Pajak     Tarif  
  b. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau  
         
    perseroan terbatas yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan      
    peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus      
    juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.      
    (2) Tidak termasuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam (2) Pengenaan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan    
    hal: pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir    
      sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan.    
    a. Wajib Pajak memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif    
         
    Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal 17 ayat (2a), atau Pasal 31E Undang-Undang      
    Pajak Penghasilan;      
    b. Wajib Pajak badan berbentuk persekutuan komanditer atau firma yang      
    dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki keahlian      
    khusus menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan      
  Dikecualikan Dari bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4);      
  Subjek Pajak        
    c. Wajib Pajak badan memperoleh fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan:      
Pasal 3   1. Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan; atau      
  2. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan      
         
    Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun      
    Berjalan beserta perubahan atau penggantinya; dan      
        Penentuan Saat Menggunakan PP 46  
        dalam menghitung PPh yang terutang  
           
    d. Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap.      
           
    (3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, wajib (3) Dalam hal peredaran bruto kumulatif Wajib Pajak pada suatu bulan telah    
    menyampaikan pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Pajak. melebihi jumlah Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)    
      dalam suatu Tahun Pajak, Wajib Pajak tetap dikenai tarif Pajak Penghasilan yang    
      telah ditentukan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)    
      sampai dengan akhir Tahun Pajak yang bersangkutan.    
  Kewajiban Menyampaikan        
  (4) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk Tahun Pajak- (4) Dalam hal peredaran bruto Wajib Pajak telah melebihi jumlah    
  Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Yang    
  Memilih Menggunakan PP 23 atau Tahun Pajak berikutnya tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada suatu Tahun    
  Peraturan Pemerintah ini Pajak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada Tahun Pajak    
  Tidak    
    berikutnya dikenai tarif Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Undang-Undang    
         
      Pajak Penghasilan.    
           
    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberitahuan sebagaimana    
    dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan      
           

 

Perbandingan PP Nomor 23 Tahun 208 VS PP Nomor 46 Tahun 2013

Pasal Deskripsi PP 23 TAHUN 2018 PP NOMOR 23 TAHUN 2018 PP NOMOR 46 TAHUN 2013 Deskripsi PP 46 TAHUN 2013  
           
    (1) Besarnya peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (1) Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan    
    ayat (1) merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun dari Tahun yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah jumlah    
    Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak bersangkutan, yang ditentukan peredaran bruto setiap bulan. DPP  
    berdasarkan keseluruhan peredaran bruto dari usaha, termasuk peredaran  
         
    bruto dari cabang.      
           
    (2) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi merupakan suami-isteri yang: (2) Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud    
Pasal 4 DPP   dalam Pasal 3 ayat (1) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana    
a. menghendaki perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara dimaksud pada ayat (1).    
       
    tertulis; atau      
    b. isterinya menghendaki memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban   Cara Menghitung PPh Terutang  
    perpajakannya sendiri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf  
         
    b dan huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya peredaran bruto      
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan penggabungan      
    peredaran bruto usaha dari suami dan isteri.      
           
    (1) Jangka waktu tertentu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak berlaku atas    
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yaitu paling lama: penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final    
      berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan    
           
    a. 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi;      
    b. 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi,      
    persekutuan komanditer, atau firma; dan      
           
  Batas Jangka c. 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan      
Pasal 5 terbatas.   Dikecualikan Dari Subjek Pajak  
Waktu Pengenaan  
  (2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak:    
       
           
    a. Tahun Pajak Wajib Pajak terdaftar, bagi Wajib Pajak yang terdaftar sejak      
    berlakunya Peraturan Pemerintah ini, atau      
           
    b. Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini, bagi Wajib Pajak yang      
    telah terdaftar sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.      
           
    (1) Jumlah peredaran bruto atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud Atas penghasilan selain dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)    
    dalam Pasal 2 ayat (1) setiap bulan merupakan dasar pengenaan pajak yang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan    
    digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan yang bersifat final. ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan.    
  DPP        
  (2) Peredaran bruto yang dijadikan dasar pengenaan pajak sebagaimana    
Pasal 6   dimaksud pada ayat (1) merupakan imbalan atau nilai pengganti berupa   Cara Menghitung PPh Terutang  
  uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh dari usaha, sebelum  
         
    dikurangi potongan penjualan, potongan tunai, dan/atau potongan sejenis.      
           
  Cara Menghitung (3) Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud    
  dalam Pasal 2 ayat (2) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana      
  PPh Terutang      
  dimaksud pada ayat (1).      
         
           
    (1) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) yang Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri    
    peredaran brutonya pada Tahun Pajak berjalan telah melebihi Rp yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat dikreditkan terhadap Pajak    
    4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), atas penghasilan Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak    
    dari usaha tetap dikenai tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya.    
    dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan akhir Tahun Pajak bersangkutan.      
Pasal 7 Saat Penentuan PP 23 Atau Tarif PPh     Ketentuan Penghasilan dari luar negeri  
Normal (2) Atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
     
    (1) yang diterima atau diperoleh pada Tahun Pajak-Tahun Pajak berikutnya      
    oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai Pajak      
    Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal 17 ayat (2a),      
    atau Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan.      
           
    (1) Pajak Penghasilan terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan    
    dilunasi dengan cara: Pemerintah ini dan menyelenggarakan pembukuan dapat melakukan kompensasi    
      kerugian dengan penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat    
      final dengan ketentuan sebagai berikut:    
           
    a. disetor sendiri oleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu; atau a. kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-turut    
      sampai dengan 5 (lima) Tahun Pajak;    
           
    b. dipotong atau dipungut oleh Pemotong atau Pemungut Pajak dalam hal b. Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan    
    Wajib Pajak bersangkutan melakukan transaksi dengan pihak yang ditunjuk Peraturan Pemerintah ini tetap diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu    
    sebagai Pemotong atau Pemungut Pajak. sebagaimana dimaksud pada huruf a;    
Pasal 8 Cara Pelunasan PPh     Ketentuan Mengenai Kompensasi Fiskal  
(2) Penyetoran sendiri Pajak Penghasilan terutang sebagaimana dimaksud c. kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat
    pada ayat (1) huruf a wajib dilakukan setiap bulan. final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada    
      Tahun Pajak berikutnya.    
    (3) Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan terutang sebagaimana    
    dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib dilakukan oleh Pemotong atau      
    Pemungut Pajak untuk setiap transaksi dengan Wajib Pajak yang dikenai      
    Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.      
           
    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyetoran sebagaimana      
    dimaksud pada ayat (2) dan tata cara pemotongan atau pemungutan      
    sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri      
    Keuangan.      
           
    (1) Dalam hal Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Ketentuan lebih lanjut mengenai penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak    
    Peraturan Pemerintah ini bertransaksi dengan Pemotong atau Pemungut Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak    
    Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b, Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dan kriteria beroperasi secara komersial    
    harus mengajukan permohonan surat keterangan kepada Direktur Jenderal diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.    
    Pajak.      
           
    (2) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keterangan bahwa Wajib    
Pasal 9 Terkait pemotongan pajak oleh pihak Pajak bersangkutan dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan   Cara Pelunasan PPh  
lain Pemerintah ini, berdasarkan permohonan Wajib Pajak sebagaimana  
       
    dimaksud pada ayat (1).      
           
    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan dan    
    penerbitan surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat      
    (2) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.      
           

 

Perbandingan PP Nomor 23 Tahun 208 VS PP Nomor 46 Tahun 2013

Pasal Deskripsi PP 23 TAHUN 2018 PP NOMOR 23 TAHUN 2018 PP NOMOR 46 TAHUN 2013 Deskripsi PP 46 TAHUN 2013  
           
    Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, bagi Wajib Pajak yang sejak awal Hal khusus terkait peredaran bruto sebagai dasar untuk dapat dikenai Pajak    
    Tahun Pajak 2018 sampai dengan sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku Penghasilan yang bersifat final sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini,    
    memenuhi syarat untuk menjalankan kewajiban perpajakan berdasarkan Peraturan diatur sebagai berikut:    
    Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari      
    Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto      
    Tertentu, namun tidak memenuhi ketentuan Wajib Pajak yang dikenai Pajak      
    Penghasilan final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, berlaku ketentuan sebagai      
    berikut:      
           
    1. untuk penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) 1. didasarkan pada jumlah peredaran bruto Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun    
    yang diterima atau diperoleh sejak awal Tahun Pajak sampai dengan sebelum Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal Tahun    
  Saat Penentuan PP 23 Atau Tarif PPh Peraturan Pemerintah ini berlaku, dikenai Pajak Penghasilan dengan tarif Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini meliputi Saat Penentuan PP 23 Atau Tarif PPh  
Pasal 10 1% (satu persen) dari peredaran bruto setiap bulan; kurang dari jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
Normal Normal  
     
           
    2. untuk penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) 2. didasarkan pada jumlah peredaran bruto dari bulan saat Wajib Pajak terdaftar    
    yang diterima atau diperoleh sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku sampai sampai dengan bulan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang    
    dengan akhir Tahun Pajak 2018, dikenai Pajak Penghasilan dengan tarif 0,5% disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak terdaftar pada Tahun Pajak yang sama dengan    
    (nol koma lima persen) dari peredaran bruto setiap bulan; dan Tahun Pajak saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini di bulan sebelum Peraturan    
      Permerintah ini berlaku;    
           
    3. untuk penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) 3. didasarkan pada jumlah peredaran bruto pada bulan pertama diperolehnya    
    yang diterima atau diperoleh mulai Tahun Pajak 2019, dikenai Pajak penghasilan dari usaha yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak yang baru    
    Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal 17 ayat (2a), terdaftar sebagai Wajib Pajak sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.    
    atau Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan.      
           
    Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2013.    
    Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima      
Pasal 11 Ketentuan Peralihan atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (Lembaran   Tanggal Berlaku  
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara  
         
    Republik Indonesia Nomor 5424), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.      
           
Pasal 12 Tanggal Berlaku Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2018.  
           

Leave a Reply